Kamis, 18 Desember 2008

Makanan Tradisional

Makanan Tradisional Batak
Sambal Tinuktuk

Tinuktuk adalah sejenis sambal khas Batak Simalungun. Saat ini sulit menemukan makanan khas tersebut baik di pasar tradisional maupun di rumah makan khas Batak. Kelangkaan ini disebabkan karena cara pembuatannya yang sedikit rumit sehingga orang malas untuk membuatnya. Disamping bahannya, takaran dan cara pembuatannya harus secara tradisional jika menginginkan kualitas sambal yang enak dan tahan lama. Bahan-bahannya terdiri dari sejumlah jenis rempah-rempah yang diolah sedemikian rupa. Rasanya gurih, pedas, panas dan sebagaimana sambal pada umumnya, ia cocok untuk menambah nafsu makan. Sambal Tinuktuk lebih enak dimakan dicampur dengan ikan mas, mujahir, nila bakar. Dalam masakan khas Batak dikenal dengan Tinombur. Sambal Tinuktuk disiram dengan air panas dan dilumuri pada ikan bakar atau daging. Sambal tinuktuk sangat enak dinikmati dalam suasana udara dingin. Sambal Tinuktuk ini cukup menarik selera makan dan membuat lidah bergetar.
Makanan ini adalah makanan yang hampir selalu muncul pada orang yang bau melahirkan. Pada saat orang menjenguk ke rumah dan disuguhi makan siang atau malam maka pemandangan yang jamak adalah di depan sang ibu yang baru melahirkan ada botol yang berisi tinuktuk. Sambal tinuktuk itu menjadi menu wajib bagi ibu yang melahirkan, bersama sayuran bernama bangun-bangun. Sambal ini bahkan tidak pernah jauh dari jangkauan ibu yang baru melahirkan bahkan kadang-kadang kerap diletakkan di sebelah tempat tidur ibu yang baru melahirkan.
Tinuktuk menjadi menu wajib bagi para ibu yang baru melahirkan karena dianggap mempunyai khasiat seperti halnya jamu. Jamu yang dimaksud adalah jamu yang berbahan alami tanpa bahan kimia sehingga lebih menyehatkan dan cocok bagi wanita yang baru melahirkan. Makanan ini berkhasiat sebagai penambah nafsu makan, menghangatkan badan dan dapat menambah daya tahan tubuh bagi ibu yang menyusui.
Selain khasiatnya untuk kesehatan, tinuktuk menjadi popular terutama karena kepraktisannya. Makanan ini awet dan tidak basi dalam waktu berminggu-minggu. Pada jaman dahulu, tinuktuk ini mempunyai tempat yang khas yaitu dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari bambu. Pada saat sekarang sudah janrang orang menggunakan tabung bambu tetapi tinuktuk dimasukkan ke dalam botol besar, seukuran botol kecap. Botol itu diisi sampai penuh. Karena sambal tinuktuk berbentuk semi padat, maka untuk mengambilnya biasanya ada semacam alat tusuk yang terbuat dari lidi. Lidi ini berguna untuk melempangkan jalan tinuktuk sewaktu botol itu kita miringkan ke piring agar tinuktuknya jatuh ke piring tersebut.

Pembuatan Sambal Tinuktuk
Bahan¼ kg Kencur (dikupas dan diiris)
¼ kg Jahe Merah (dikupas dan diiris)
Bawang merah secukupnya (dikupas dan diiris)
Bawang putih secukupnya (dikupas dan diiris)
½ muk kecil Lada hitam
20 biji Kemiri (dikupas)
Garam secukupnya
1 ikat Bawang Batak (tanpa daun)
Buah Kincung (Sihala) secukupnya
Cara Membuat
Bahan-bahan yang ada digonseng secara terpisah, menjadi tiga kelompok:1. Lada dan garam digonseng, tidak usah sampai hitam2. Kemiri digonseng3. Kencur, jahe merah, Bawang Merah, Bawang Putih dan Bawang Batak digonseng.Kemudian semua bahan yang sudah digonseng itu ditumbuk (diulek) masing-masing terpisah menurut kelompoknya. Setelah ditumbuk halus, ditampi dengan nyiru untuk mendapatkan serbuk paling halus. Serbuk sisanya yang masih kasar, diulek lagi hingga halus sekali. Begitu seterusnya. Bahan-bahan yang sudah diulek ini kemudian disatukan dan ditumbuk lagi secara bersama-sama. Terakhir, buah incung atau sihala, ditumbuk, diperas dan air hasil perasan itu menjadi semacam cairan asam bagi tinuktuk yang sudah jadi.
Resep di atas adalah salah satu versi sambal tinuktuk. Ada juga versi lain dengan bahan yang agak berbeda tetapi ada satu hal yang selalu ada yaitu lada, maka sambal tinuktuk ini juga dikenal dengan sambal lada. Bahan-bahan lain yang juga digunakan adalah lada hitam, jahe, kencur, bawang merah, bawang putih, wijen hitam (longa), kemiri, garam, jeruk nipis khas Batak (unte hajor), lengkuas, Tuba (andaliman), Temulawak (Lempuyang).
Kelangkaan makanan ini dapat mengancam keragaman budaya yang kita miliki jangan sampai hilang. Mengingat keawetan makanan ini maka tidak tertutup kemungkinan menjadikan sambal ini sebagai salah satu makanan tradisional penunjang pariwisata untuk dijadikan oleh-oleh khas daerah. Dan sebagai langkah yang lebih maju adalah tidak tertutup kemungkinan untuk menjadikan sambal ini sebagai sambal instan kemasan seperti halnya sambal lampung ABC, sambal Bangkok Indofood dan nantinya aka nada sambal Tinuktuk ABC.

Sumber :
- http://www.mysarimatondang.blogspot.com
- http://www.simalungun.net

Pengumpul Data : Titit Lestari, S.Si.
-

1 komentar:

  1. waaah...
    jadi makin bangga. ternyata memang benar!
    Indonesia benar-benar kaya akan budaya!!!!
    hebat ya

    BalasHapus